Rabu, 28 April 2010

Makalah Tataran Linguistik -Frase-Klausa-Kalimat-Wacana

BAB I
PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang
Sebagai ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk struktur kata, morfologi pun menjadi salah satu ilmu dasar dalam bidang linguistik. Ia bisa diposisikan setelah bidang fonologi. Itulah sebabnya, morfologi selalu dipelajari setelah fonologi.
Tidak banyak orang yang sudah mempelajari tentang seluk-beluk struktur kata. Memang semua orang sudah mengerti kata-kata bahasa, memang kelihatan masalah sepele, namun struktur kata sangat penting sekali bagi kita sebagai warga Indonesia, karena di setiap negara mempunyai bahasa nasional, dan kesepakatan bahasa yang digunakan dalam berbahasa.
1.2Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Frase
2.Klausa
3.Kalimat
4.Wacana
1.3Tujuan Masalah
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi yang disampaikan oleh Ibu Nur Wahyuningsih, S.Pd
2.Dapat mengerti dan memahami secara seksama tentang Frase, Klausa, Kalimat, dan Wacana.
1.4Manfaat
Dari  pembahasan ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga ingin mengetahui tentang pembahasan ini.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1Frase
2.1.1Pengertian
Frase adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif yang mengisi salah satu fungsi sintaksis. Pembentuk frase adalah morfem bebas. Frase tidak mempunyai predikat. Contoh : kamar mandi, bukan sepeda.
Frase mungkin untuk diselipi kata lain. Contoh : adik saya menjadi adik milik saya.
Salah satu unsur frase tidak dapat dipindahkan sendiri, melainkan harus bersama-sama. Contoh :
Nenek membaca koran di teras depan.
Depan nenk membaca koran di teras. (tidak berterima)
2.1.2Jenis Frase
2.1.2.1Frase eksosentrik
Yaitu frase yang komponennya tidak memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misal frase di pasar. Secara utuh dapat mengisi fungsi keterangan, tapi komponen di atau pasar saja tidak dapat menduduki fungsi tersebut. Frase eksosentrik dibedakan menjadi :
- frase eksosentrik direktif
Frase eksosentrik yang komponen pertama berupa preposisi (di, dari, ke) dan komponen kedua berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina.
Frase ini disebut juga frase preposisional karena komponen pertama berupa preposisi. Contoh : di pasar, dari kayu jati, demi kemakmuran, dsb.
- frase eksosentrik non direktif
Frase eksosentrik yanga komponen pertama berupa artikulus si, sang atau kata lain seperti yang, para, kaum, sedang komponen kedua berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, dan verba. Contoh : si miskin, para jurnalis,kaum cendekiawan.
2.1.2.2Frase endosentrik
Yaitu frase yang salah satu unsurnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Salah satu unsurnya dapat menggantikan kedudukan keseluruhan. Contoh : sedang membaca menjadi membaca.
Frase endosentrik disebut juga frase modifikasi karena komponen kedua mengubah atau membatasi makna komponen pertama. Contoh : membaca, diberi sedang berarti pekerjaan sedang berlangsung.
Selain disebut sebagai frase modofikasi, juga sering disebut sebagai frase subordinatif karena salah satu komponennya berlaku sebagai komponen atasan (inti) dan yang lainnya sebagai komponen bawahan. Frase subordinatif, dilihat dari kategori intinya ada frase nomina, verba, ajektifa, dan numeral.
2.1.2.3Frase koordinatif
Yaitu frase yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang sederajat dan dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif (dan, atau, tetapi, baik…maupun). Contoh : sehat dan kuat, buruh atau majikan.
Frase koordinatif yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit disebut frase parataksis. Contoh : hilir mudik, tua muda.
2.1.2.4Frase apositif
Yaitu frase yang kedua komponmennya saling merujuk sesamanya sehingga urutannya dapat dipertukarkan. Contoh :
Pak Ahmad, guru saya, sedang sakit, menjadi
Guru saya, Pak Ahmad,sedang sakit.
2.1.3Perluasan Frase
Biasanya dilakukan di sebelah kanan atau kiri. Dalam Bahasa Indonesia, perluasan frase sangat produktif karena :
1) untuk menyatakan konsep-konsep khusus atau sangat khusus.
2) pengungakapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar dan pembatas tidak dinyatakan dengan afiks.
3) keperluan untuk memberi deskripsi secara terperinci.
2.2Klausa
2.2.1Pengertian
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata berkonstruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu wajib ada komponen (kata atau frase) yang berfunsi sebagai predikat. Dalam klausa, subjek juga wajib ada. Objek wajib ada jika predikat berupa verba transitif. Jika bukan verba transitif, maka yang muncul adalah pelengkap. Keterangan tidak wajib dalam klausa.
Klausa jika diberi intonasi final akan berpotensi menjadi kalimat mayor,sedang kata akan menjadi kalimat minor.

2.2.2Jenis klausa
1) berdasarkan strukturnya :
- klausa bebas
yaitu klaua yang punya unsur-unsur lengkap sekurang-kurangnya subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat mayor.
- klausa terikat
struktur tidak l;engkap, mungkin hanya S saja, P saja, O saja, aau K saja dan tidak berpotensi menjadi kalimat mayor. Klausa ini biasa dikenali dengan adanya konjungsi subordinatif di depannya disebut klausa subordinatif (bawahan) yang hadir bersama klausa atasan.
2) berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya :
Dibedakan menjadi klausa verbal, numeral, nominal, ajektifal, advertbial, dan proposisional.
Klausa verbal dibedakan menjadi klausa transitif, intransitive, refleksif, dan resiprokal.
2.3Kalimat
2.3.1Pengertian
Kalimat adalah satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa. Atau satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar , klausa, dilengkapi konjungsi bila diperlukan. Kalimat bisa berasal dari klausa yang diberi intonasi final.
2.3.2Jenis kalimat
2.3.2.1Kalimat inti dan non inti
K alimat inti (dasar) adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif/netral, dan afirmasif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non inti dengan berbagai transformasi : pemasifan, pengingkaran, penanyaan, dsb.
Kalimat inti + transformasi = kalimat non inti
2.3.2.2Kalimat tunggal dan kalimat majemuk
Perbedaan keduanya berdasarkan banyaknya klausa dalam kalimat. Jika terdiri dari satu klausa, disebut kalimat tunggal. Jika terdiri dari dua atau lebih klausa disebut kalimat majemuk.
Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa dalam kalimat, kalimat majemuk dibedakan menjadi :
- kalimat majemuk koordinatif (setara)
Klausa-klausanya punya status yang sama. Biasanya dihubungkan dengan konjungsi dan, atau, tetapi dan lalu. Bisa juga tanpa menggunakan konjungsi.
- kalimat majemuk subkoordinatif (bertingkat)
Klausa-klausanya punya status yang tidak sama. Klausa satu disebut klausa atasan, sedang lainnya disebut klausa bawahan. Konjungsi yang digunakan : kalau, ketika, meskipun, dan karena.
Proses terbentuknya kalimat majemuk subkoordinatif ada dua sudut yang bertentangan :
- sebagai hasil penggabungan dua klausa atau lebih
- hasil proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya
Kalimat majemuk kompleks yaitu kalimat yan terdiri dari tiga klausa atau lebih, ada yang dihubungkan secara koordinatif dan juga subkordinatif sehingga merupakan campuran dari koordinatif dan subkoordinatif dan disebut sebagai kalimat majemuk campuran.
2.3.2.3Kalimat mayor dan minor
Perbedaannya berdasarkan lengkap tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar. Kalimat mayor harus punya subjek dan predikat.Jika tidak ada salah satunya, maka termasuk kalimat minor.
2.3.2.4Kalimat verbal dan nonverbal
Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal, predikat berkategori verba. Kalimat verbal dibedakan menjadi kalimat intransitive, trnsitif, pasif, aktif, dinamis, dan statis.
Kalimat non verbal yaitu kalimat yang predikatnya bukan verba.
2.3.2.5Kalimat bebas dan terikat
Pembedaan dikaitkan dengan paragraf yang kalimat-kalimatnya adalah satuan-satuan yang berhubungan.
Kalimat bebas dapat disendirikan, dapat memulai suatu paragraf dan berpotensi menjadi ujaran lengkap.
Sedang kalimat terikat tidak dapat disendirikan, harus terikat dengan kalimat lain, tidak dapat memulai suat paragraf, dan tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah ujaran lengkap.
2.3.3Intonasi kalimat
Intonasi merupkan ciri utama yang membedakan kalimat dari klausa.
Macam intonasi :
- Tekanan : ciri-ciri suprasegmental yang menyertai ujaran
- Tempo : waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus ujaran
- Nada : diukur berdasarkan kenyarinagn ssuatu segmen.
2.3.4Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatesis
2.3.4.1Modus
Modus adalah pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara. Atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya. Beberapa macam modus antara lain :
- modus indikatif / deklaratif : menunjukkan sikap objektif / netral.
- modus optatif : menunjukkan harapan / keinginan
- modus imperative : menunjukkan perintah / larangan
- modus anterogatif : menyatakan pertanyaan
-modus obligatif : menyatakan keharusan
- modus desideratif : menyatakan keinginan / kemauan
- modus kondisional : menyatakan persyaratan
2.3.4.2Aspek
Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal dalam suatu situasi. Macam aspek antara lain :
- aspek kontinuatif : menyatakan perbuatan terus berlangsung
- aspek repetitive : menyatakan perbuatan berulang-ulang
-aspek insentif : menyatakan perbuatan baru dimulai
- aspek progresif : menyatakan perbuatan sedang berlangsung
- aspek imperfektif : menyatakan perbuatan hanya berlangsunga sebentar
- aspek sesatif : menyatakan perbuatan sudah berakhir
2.3.4.3Kala
Kala adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan yang disebutkan dalam predikat. Kala menyatakan waktu sekarang (sedang), sudah lampau (sudah), dan akan datang (akan).
Perbedaan kala dengan keterangan waktu adalah kala terikat pada predikatnya, sedang keterangan dapat berpindah di awal atau akhir kalimat.
2.3.4.4Modalitas
Modalitas adlah keterangan yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, dapat berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, keizinan dan yang lainnya. Jenis-jenis modalitas :
- intensional (keinginan, harapan, permintaan, dan ajakan)
- epistemik ( kemungkinan, kepastian, dan keharusan)
- deontik (keizinan, keperkenaan)
- dinamik (kemampuan)
2.3.4.5Fokus
Fokus adalah unsure yang menonjolkan bagian kalimat sehinggas perhatian pendengar / pembaca tertuju pada bagian itu. Dalam Bahasa Indonesia pemberian fokus dapat dilakukan dengan berbagai cara :
- pemberian tekanan
- mengedepankan bagian yang ditonjolkan
- memakai pertikel pun,yang,tentang dan adalah pada bagian tersebut
- mengontraskan dua bagian kalimat
- menggunakan konstruksi posesifanaforis beranteseden
2.3.4.6Diatesis
Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku dengan perbuatan. Macam diatesis :
- aktif (subjek melakukan pekerjaan)
- pasif (subjek dikenai pekerjaan)
- refleksif ( subjek berbuat untuk dirinya sendiri)
- resiprokal (subjek terdiri dari 2 pihak berbuat berbalasan)
- kausatif (subjek penyebab terjadinya sesuatu)
2.4Wacana
2.4.1Pengertian
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan merupakan satuan gramatikal teringgi. Wacana dibentuk oleh kalimat-kaliamat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.
Persyaratan gramatikal dipenuhi jika wacana sudah terbina kekohesian yang ditandai dengan keserasian hubungan antar kalimat.
2.6.2Alat wacana
Alat wacana digunakan untuk membuat wacana yang kohesif dan kohern. Ada 2 aspek, yaitu :
1) aspek gramatikal
- konjungsi (penghubung)
- kata gantio dia,-nya, mereka, ini dan itu sebagai rujukan anaforis
- menggunakan elipssis (penghilangan bagian kalimat yang sama)
2) aspek semantic
- hubungan pertentangan
- generic-spesifik dan sebaliknya
- hub. Perbandingan
- hub sebab-akibat
- hub tujuan
- rujukan yang sama
2.6.3Jenis wacana
1) Berdasarka sarana : wacana lisan dan tulis
2) Berdasarkan penggunaan bahsa : wacana prosa dan puisi
3) Berdasarkan isi : narasa, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
2.6.4Subsatuan wacana
Wacana yang berupa karangan ilmiah, dibangun oleh subsatuan bab, subbab,. paragraph, subparagarf. Wacana singkat tidak ada subsatuannya.

BAB III
SIMPULAN


3.1Kesimpulan
Frase adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif yang mengisi salah satu fungsi sintaksis. Pembentuk frase adalah morfem bebas. Frase tidak mempunyai predikat. Jenis Frase, antara lain frase eksosentrik, frase endosentrik, frase koordinatif, frase apositif
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata berkonstruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu wajib ada komponen (kata atau frase) yang berfunsi sebagai predikat. Dalam klausa, subjek juga wajib ada. Objek wajib ada jika predikat berupa verba transitif. Jika bukan verba transitif, maka yang muncul adalah pelengkap. Keterangan tidak wajib dalam klausa.
Kalimat adalah satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa. Atau satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar , klausa, dilengkapi konjungsi bila diperlukan. Kalimat bisa berasal dari klausa yang diberi intonasi final.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan merupakan satuan gramatikal teringgi. Wacana dibentuk oleh kalimat-kaliamat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.
 
DAFTAR PUSTAKA
Tirtawijaya, Totong. 1992. Morfologi Bahasa Indonesia. Surabaya: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.
Kentjono, Djoko. 1982. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Martinet, Andre. 1987. Ilmu Bahasa : Pengantar. Yogyakarta : Kanisius
http://www.google.co.id
http://www.yahoo.co.id
http://www.wikipedia.org
http://www.mediawiki.org

0 komentar:

Posting Komentar

Sedikit luangkan waktu untuk berkomentar. Terima kasih.